Di ronda malam itu, satpam Kardi sedang menikmati kopi tahlil sambil main catur sama bos Mu'in.
Secangkir
kopi dan 2 bungkus rongkok tergeletak di sampingnya. Sementara di pagar
pos ronda itu, sebuah radio butut tergantung dengan dengung ocehan
penyiar.
...
Tak lama kemudian, "Makan tuh kuda, gratis..." ujar
si Mu'in, yang langsung diamini Kardi. Walaupun beberapa detik kemudian
terdengar "SKAK MAT!", Kardi sama sekali tidak merasa dibohongi. Justru
yang ada adalah hikmah bahwa otot pun kadang membantu kinerja otak.
Muncullah Santo, bujang lapuk itu datang tiba-tiba sambil menyeruput kopi kentel yang sudah agak dingin itu.
Iseng-iseng
dia muter-muter tunner radio dan berhenti di suatu gelombang. Terdengar
suara khas Jacko dengan lagu Give Thank's to Allah.
"Lagu apaan
tuh?" tanya Kardi, nada menyuruh ganti chanell. Maklum, dia ga tau menau
musik barat. Sementara bos Mu'in yang rada gaul itu menimpali, "Biarin
To, gua rada suka lagu yang ada arab-arabnya."
...
Tiba-tiba, bremmm... Sebuah motor matic mangkir di depan mereka.
Mas Iwan membuka helmnya dan memasukkan diktat kuliahnya di bagasi depan motor.
"Si
Negro ini merenovasi sekujur tubuhnya sampe putih mengkilat, mulus kaya
pipinya Cut Tari," komentar Iwan sambil melemparkan sebungkus rokok
mild di depan mereka dengan senyum khasnya.
"Emang om Jacko itu negro
ya?" tanya Santo, bujang lapuk culun ini memang rada suka Jacko, tapi
gak kenal info tentang dia. "Kebengisan ras membuatnya benci pada diri
sendiri," timpal Mu'in dengan nada puitis.
Sambil melongo, Santo nyeletuk lagi "Ah, mental tempe.. Berarti kalah dong sama Andika Kangen Band.."
Mu'in
yang rada ngefans sama Jacko itu menyalakan rokok, kemudian memulai
komentar nada sinisnya "...Sementara Afgan, dengan suara maksimalnya
yang masih juga terdengar fals itu, justru laris manis dikunyah pasar."
dia menyambung "Yang penting buat musisi itu ya fisiknya. Bukan suara."
Iwan
pun buka suara lagi, "Maklum, Indonesia memang masih otak kampungan.
Beda sama Amrik, walaupun rasis tapi mikirnya pake otak, bukan
dengkul..." ujarnya yang langsung disahut Santo, "Indonesia juga rasis
ko'. Saya waktu kerja di Bandung dulu, orang sunda manggil Saya pake
sebutan 'Si Jawa' atau 'Jawa Blegug'..."
......
Rasis, otak kampungan, jiwa mellow, terserahlah. Itu kan opini mereka.
Kenapa kita ngga' membicarakan Hitler saja?
Si kurus jelek ini juga low fisiknya, tapi mampu menghentak dunia dengan tunggangannya, Partai NAZI.
Apa rahasia Hitler?
Otak...!!
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar