Al-Kindi (m. abad kesepuluh) merujuk pada kemunculan suatu komunitas kecil di Alexandria, Mesir, pada abad kesembilan yang menyeru manusia kepada kebajikan dan mencegah kemungkaran. Mereka disebut sufi. Menurut Muruj adz-Dzahab karya al-Mas'udi, kaum sufi mula-mula muncul di zaman Khalifah Abbasiah, al-Ma'mun. Menurut Abul Qasim Qusyairi,
kaum sufi muncul di abad kesembilan, sekitar dua ratus tahun setelah
wafatnya Nabi Muhammad saw. Lantas timbul pertanyaan, mengapa perlu
waktu bertahun-tahun untuk sungguh-sungguh tertarik dengan ilmu
kebatinan? Sekilas melongok ke sejarah masa awal Islam mungkin dapat
memberikan keterangan tentang masalah ini.
Mari kita tengok tanah
Arab pada awal abad ke tujuh. Yang kita dapati adalah sebuah masyarakat
dari berbagai suku yang terpecah belah yang selama berabad- abad telah
terlibat dalam tradisi peperangan, penyembahan berhala dan nilai-nilai
kesukuan lainnya. Walaupun orang Arab masa itu melakukan perdagangan di
luar Tanah Arab, namun pengaruh budaya lain pada mereka sangat sedikit.
Empiriurn Bizantiurn dan penjarahan Nebuchadnezar ke
Arabia sebenarnya hanya berdampak sedikit pada mereka. Maka kita dapati
suatu kaum yang telah menjalani cara hidup mengembara selama
berabad-abad dengan sedikit perubahan. Mendadak, suatu "cahaya kenabian"
yang menakjubkan terwujud di hadapan mereka. Cahaya ini mulai dengan
jelas mengenali dan menghancurkan berbagai kekejaman dan ketidakadilan
dalam masyarakat mereka.
Orang menakjubkan yang membawa cahaya baru pengetahuan ini ialah Nabi Muhammad saw.
Selama 23 tahun, Nabi Muhammad saw menyanyikan kebenaran abadi bahwa
manusia dilahirkan ke dunia ini untuk mempelajari jalan-jalan penciptaan
seraya melakukan perjalanan kembali ke asalnya, Pencipta Yang Esa.
Karena, meskipun hakikatnya manusia itu bebas, ia diikat dan dibatasi
oleh hukum-hukum lahiriah yang mengatur kehidupan.
Muhammad
menyerukan kebenaran abadi yang telah diserukan oleh ribuan utusan Ilahi
sebelurnnya. Beliau menyerukannya dalam bahasa yang digunakan pada
zaman itu di negerinya, suatu bahasa yang merupakan prestasi budaya
pa1ing tinggi dan suatu rahmat bagi kaum tersebut. Orang Arab tidak
mempunyai warisan artistik selain bahasanya. Nabi menjelaskan kebenaran
abadi itu kepada kaum yang telah tenggelam dalam gelapnya kejahilan yang
kejam selama berabad-abad. Setelah usaha bertahun-tahun, beliau
berhasil menghimpun segelintir pendukung, yang kebanyakan pernah
dianiaya dan terpaksa melarikan diri ke Etiopia untuk
mencari perlindungan pada penguasa Kristen yang baik bernama Negus.
Setelah hijrah dari Mekah ke Madinah pada tahun 632, Nabi Muhammad saw
membangun sebuah komunitas baru yang terdiri dari orang-orang dari
berbagai bagian Tanah Arab, namun kebanyakan dari Mekah dan Madinah.
Kiblat komunitas ini dalam menyembah Allah adalah Ka'bah, sebuah
bangunan berbentuk kubus terbuat dari batu yang semula didirikan oleh Nabi Ibrahim as
di Mekah, tetapi kiblat perilaku sehari-harinya adalah Nabi yang
diberkati itu sendiri. Mereka mengikuti beliau, ajarannya dan keterangan
beliau mengenai perintah-perintah Al-Qur'an yang
diwahyukan kepadanya, yang secara batin berkiblat kepada Penciptanya.
Mereka menyembah Allah dan mengikuti Nabi yang hidup dengan cinta dan
pengetahuan tentang Allah (makrifat).
Dalam sepuluh tahun
terakhir kehidupan Nabi, dan terutama selama tiga tahun terakhir,
berbagai peristiwa mulai berlangsung dengan cepat. Selama periode ini,
ribuan orang Badui yang cenderung pergi ke tempat berlangsungnya
kekuasaan dan kemenangan, melihat Islam semakin mendominasi tanah
mereka, maka mereka semua masuk Islam dalam jumlah ribuan. Ketika Nabi
Muhammad saw wafat, komunitas Muslim yang baru muncul itu mengalami
goncangan hebat. Akibatnya, berlangsunglah pemilihan yang terburu-buru
dan tegang atas Abu Bakar sebagai pemimpin pertama komunitas tersebut.
Nabi Muhammad saw telah menyatakan dalam banyak kesempatan, kepada siapa
kaum Muslim harus merujuk tentang berbagai hal mengenai jalan Islam
sepeninggal beliau. Seperti seorang dokter yang bertanggung jawab,
ketika hendak cuti atau pensiun, memberitahu para pasiennya kepada siapa
mereka harus merujuk bila ia tidak ada. Seorang dokter lebih mengetahui
kondisi pasiennya ketimbang yang lain. Sangat wajar bagi seorang
pemimpin rohani seperti Nabi Muhammad saw untuk menunjuk siapa yang
paling pantas mengurusi umat setelah wafatnya, sesuai dengan hukum Ilahi
yang telah diwahyukan kepada beliau. Namun timbul ketidaksepakatan
mengenai apakah Nabi telah menunjuk Imam 'Ali secara
khusus sebagai pengganti beliau, ataukah beliau hanya sekedar
menyebutkannya sebagai yang terbesar di antara umat dalam pengetahuan
dan kebajikan. Akibatnya, sebelum Nabi dimakamkan, orang Arab mulai
melobi untuk mendapatkan kekuasaan. Kaum Anshar
(penduduk Madinah) ingin memilih salah seorang di antara mereka sendiri
sebagai pemimpinnya. Pada saat-saat terakhir, dua dari sahabat terdekat
Nabi, Abu Bakar dan 'Umar, berhasil
menyatukan diri dan dengan dukungan 'Umar, Abu Bakar terpilih sebagai
pemimpin umat, sebagai orang yang dihormati karena berusia lebih tua dan
diakui sebagai sahabat Nabi yang tulus.
Kepemimpinan Abu Bakar berlangsung
selama dua tahun, suatu periode yang penuh dengan perselisihan
internal. Jiwa orang Arab tak suka ditundukkan dengan cara apa pun,
karena mental meieka bersemangat bebas. Metode penundukkan yang lazim
ialah menetapkan kewajiban membayar uang pajak kepada orang lain.
Pembayaran zakat, yang dipaksakan Abu Bakar kepada orang-orang yang
menolak menunaikannya, ditafsirkan oleh sebagian orang sebagai bentuk
penundukan yang tidak mau mereka ikuti. Jadi sebagian besar suku yang
baru saja memasuki gerakan Islam tiba-tiba mendapatkan bahwa mereka
harus membayar penuh, dan benar-benar menyerahkan, sesuatu, bukannya
mendapatkan keuntungan dari barang rampasan. Inilah penyebab perpecahan
dalam komunitas Islam yang sedang berkembang dengan pesat tersebut.
Selain itu, ada pula pendusta-pendusta yang mengaku sebagai nabi. Jadi,
masa kepemimpinan Abu Bakar sebagian besar digunakan untuk menekan
gejolak internal.
Setelah wafatnya Abu Bakar di tahun 634, 'Umar yang
telah ditunjuk oleh Abu Bakar sebagai wakilnya menjadi pemimpin umat
Islam berikutnya. Dalam masa sepuluh tahun kepemimpinannya tetjadi
ekspansi besar Islam. Mesir, Persia dan Empirium Bizantium ditaklukkan, termasuk Yerusalem, yang kuncinya malah diberikan secara pribadi oleh orang Kristen kepada 'Umar. 'Umar merupakan teladan kesederhanaan dan hidupnya sangat sederhana. Ia dibunuh oleh seorang budak Persia selagi salat di mesjid tahun 644.
Pemimpin berikutnya, 'Utsman, diangkat oleh sekelompok orang yang telah ditunjuk oleh 'Umar untuk memilih penggantinya, ia berasal dari klan Bani Umayyah,
yang sebagian anggotanya adalah musuh utama Nabi Muhammad saw. Banyak
orang Bani Umayyah memeluk Islam hanya setelah penaklukan Mekah oleh
Nabi dan pengikutnya, ketika mereka merasa tak ada pilihan lain selain
masuk Islam. Mereka menerima Islam dengan enggan, dan kebanyakan terus
hidup menurut kebiasaannya di masa jahiliah. 'Utsman sendiri tidak
banyak mempedulikan urusan duniawi, tetapi mengizinkan banyak anggota
klannya untuk hidup semau mereka. Ia menempatkan banyak anggota klan
Umayyah pada posisi kunci pemerintahan di wilayah-wilayah yang baru
dikuasi kaum Muslim, sehingga ada orang-orang yang menuduhnya melakukan
nepotisme. Dalam enam tahun pertama pemerintahannya, ekspansi wilayah
oleh kaum Muslim berlanjut terus, begitu juga konsolidasi daerah-daerah
yang telah ditaklukkan. Namun, ternyata aksi tersebut lebih merupakan
awal dari suatu pemutaran kembali ke pemerintahan orang-orang serakah,
ketimbang suatu kelanjutan dari pemerintahan orang-orang berpengetahuan
spiritual dan saleh.
Dalam masa pemerintahan 'Utsman, yang
berlangsung selama dua belas tahun, banyak kaum muslim yang benar-benar
kembali ke cara hidup jahilia, takhayaul dan kesukuan. Rampasan perang
dari Empirium Persia, Bizantium, dan Mesir mengalir ke Mekah dan
Madinah, akibatnya terjadilah era kemerosotan akhlak dan kebusukan dalam
kemewahan. Rumah besar dan istana-istana mulai dibangun pada masa ini.
Arsitek pada masa itu adalah Abu Lu'lu, budak Persia
yang telah membunuh 'Umar karena membebankan pajak yang besar kepadanya.
Di masa 'Umar, rumah biasanya berdiri di atas sebidang kecil tanah,
terdiri atas dua atau tiga kamar. Di satu sisi kamar terdapat halaman,
di tengah-tengahnya sumur, dan di bagian sudut terdapat wadah gabah.
Rumah dibangun satu lantai. Namun, di masa 'Utsman, banyak istana
dibangun, dan orang mulai saling berlomba membangun gedung-gedung megah.
Setelah terbunuhnya 'Utsman di tahun 656, yang tetjadi ketika ia sedang membaca Al-Qur' an, Imam 'Ali
dipilih oleh rakyat sebagai pemimpin umat Islam berikutnya.
Pemerintahannya berlangsung selama hampir enam tahun dan penuh dengan
perselisihan internal serta peperangan. Pada waktu itu banyak orang
mengaku dirinya Muslim tetapi sama sekali tidak mengetahui atau meresapi
jalan hidup Islam. Kita melihat kaum Muslim bersumpah demi Al-Qur'an
tetapi bertingkah tidak sesuai dengan maknanya. Di tahun 656 terjadi sumpah palsu secara masal yang pertama. Nabi telah memperingatkan istri beliau 'Aisyah bahwa
pada suatu hari ia akan berperang di pihak yang salah, dan oleh karena
itu akan mengalami kesedihan yang paling buruk, di suatu tempat bernama Hawab,
dan bahwa anjing-anjing Hawab akan menyalakannya. Beberapa tahun
kemudian, ketika sedang melewati Hawab dalam perjalanannya ke Perang Jamal melawan Imam 'Ali,
ia mendengar salakan anjing dan teringat akan peringatan Nabi, la
bertanya apa nama tempat itu dan dikatakan kepadanya bahwa tempat itu
benama Hawab. Tetapi, sebagian di antara para
sahabatnya membawa dua puluh orang saksi yang mengaku Muslim untuk
bersumpah palsu dengan Al-Qur'an bahwa nama tempat itu bukan Hawab. Kembali, dalam Perang Shiffin tahun 657, terjadi lagi insiden sumpah palsu dengan Al-Qur'an.
Setelah syahidnya Imam 'Ali, di mana ia ditikam secara mematikan ketika sedang sujud dalam salat, maka putranya, Imam Hasan, memiliki posisi yang wajar dan pantas untuk menjadi pemimpin kaum Muslim berikutnya. Namun, Mu'awiyah, gubernur Bani Umayah di Suriah
yang sedang berjuang merebut kedudukan sebagai penguasa bagi dirinya
sendiri dan klannya, mulai menghasut rakyat melawan Imam Hasan. Imam
Hasan mempunyai laskar besar yang siap membantunya. Tapi ia juga
mengetahui segala kelemahan orang-orangnya dan tidak menghendaki
perpecahan di dalam laskarya. Selain itu, ia menyadari kecerdikan dan
kecurangan Mu'awiyah, la tak ingin melihat darah kaum
Muslim tertumpah sia-sia. Maka ia menerima gencatan senjata yang
ditawarkan Mu'awiyah dengan konsekuensi melepaskan semua klaim atas
kepemimpinan kaum Muslim tanpa melepaskan kedudukan spiritualnya yang
agung. Sebagaimana Imam' Ali, yang tidak suka hanya diam berpangku
tangan ketika tidak dipilih sebagai khalifah pertama, tetapi berusaha
semampunya meluruskan apa yang salah di tahun-tahun pemerintahan para
pendahulunya, maka Imam Hasan tak punya pilihan lain
selain menerima kenyataan bahwa walaupun dialah yang terbaik di masa
itu, namun ia tak dapat memimpin kaum Muslim. Penerimaannya untuk
gencatan senjata bukanlah suatu perbuatan melepaskan kedudukan
spiritualnya yang sesungguhnya, tapi merupakan petunjuk ke arah itu.
Karena tak mungkin mewujudkan kebesaran batinnya ke dalam kenegarawanan
lahiriah tanpa menyebabkan kaum Muslim saling membunuh, satu-satunva
alternatif adalah menerima persyaratan gencatan senjata, yang juga
menetapkan bahwa sesudah dia maka saudaranya Imam Husain akan menjadi khalifah kaum Muslim. Namun, Mu'awiyah dengan sangat cerdik melanggar semua ketentuan gencatan senjata setelah terbunuhnya Imam Hasan tahun 661, dan mengangkat anaknya Yazid yang berakhlak buruk menjadi penggantinya. Karena itu Imam Husain pun berontak melawan Mu'awiyah dan Yazid.
sumber pustaka.abatasa.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar