Sambungan Jodoh Gus Dien (Part II)
...mendekatkan diri pada Tuhan.
Al
Farabi menikmati tiap denting sambil hatinya terus berdzikir melafalkan
nama agung Sang Maha Karya. Jelas ini berbeda tujuan dengan Mat Dogler
yang memainkan gitar hanya sekedar hoby dan alat mencari nasi.
Begitupun
Sunan Kalijaga, memainkan gamelan semata-mata untuk menarik perhatian
masyarakat yang mayoritas beragama Budha, agar mau mendengar
dakwah-dakwahnya yang mengiringi lantunan dendang gamelannya.
Tapi Gus Dien tidak berfikir sejauh itu.
Singkat
cerita, Gus Dien pun menekuni permainan gitar ini dari hari ke hari,
sampai akhirnya mahir hanya dalam waktu 4 bulan menemani Mat Dogler
mengamen.
Gus Dien pun membeli gitar sendiri. Gitar bermerek Osmond type D900 dibelinya seharga 120 ribu dari hasil ngamennya.
Suatu
hari, ketika Gus Dien sedang mengamen di sebuah warung lesehan di malam
minggu, seorang wanita berusia 20-an menghampirinya dari belakang dan
menepuk punggungnya. "Hebat juga kamu," kata wanita itu sambil tersenyum
di depan Gus Dien. Betapa terkejutnya Gus Dien karena ternyata wanita
yang di depannya itu adalah Vina, keponakan Mbah Kuri yang berprofesi
sebagai penyanyi dangdut lokal.
"Duduk yuk? Ada yang perlu aku omongin sama kamu" ajak Vina pada Gus Dien.
Mereka duduk bertiga di warung lesehan itu bersama Hilman, pacarnya Vina.
"Aku
denger suara gitar kamu enak banget. Maen chordnya pas dan kocokannya
lembut," sanjung Vina mengomentari permainan gitar Gus Dien tadi.
"Terima kasih," kata Gus Dien sambil tersenyum simpul, membuang latu
rokok kretek yang ia gapit. Kemudian Gus Dien pun diperkenalkan dengan
Hilman, pacar sekaligus produsernya. "Kebetulan Saya lagi butuh satu
pemain gitar buat gantiin Litle Vie, gitaris Saya yang keluar dua bulan
lalu," kata Hilman yang diangguki Vina seraya berkata, "Maksudnya kita
pengen kamu gabung jadi additional music dulu, soal kontrak ya
tergantung job manggung kita. Betul kan Mas?" tawar Vina pada Gus Dien
sambil melirik Hilman. Gus Dien pun sepakat dan memutuskan pensiun
sebagai pengamen liar.
Baru dua bulan Gus Dien menjadi Additional
Music, namanya terkenal sampai suara gitarnya itu terdengar di telinga
sebuah studio perusahaan musik yang lumayan berkelas. Tawaran pun datang
menghampiri pick gitar Gus Dien.
Aqualiur, begitulah nama perusahaan
rekaman yang dimanajeri oleh Om Agus itu. Gus Dien pun banting setir
dari gitaris dangdut menjadi gitaris band yang beraliran Easy Listening.
Gus Dien bergabung dengan 4 musisi lainnya yang direkrut melalui kompetisi Band.
Gus
Dien menamai bandnya dengan nama "THE AWOR'S". Ia berperan sebagai lead
guitaris. 4 personil lainnya masing-masing; May (vocal) Najnaj (rythm)
Moun (bass) dan Bon Adie (drum).
Nama Gus Dien pun semakin melengking seiring lengkingan interludenya di lagu-laguThe Awor's.
======
Di
pihak lain, Kyai Birin yang masih begitu terpukul dengan kepergian
putra semata-wayangnya itu, masih terus berupaya sedapat mungkin
mendapatkan informasi tentang putranya itu.
Tatap matanya sayu,
kosong. Fikirannya dipenuhi beban luka dan kepedihan. Sebagai orang tua,
dia membutuhkan seorang putra untuk meneruskan perjuangannya menjadi
'Tentara Allah'.
Kyai Birin terus melamun di kursi goyang teras rumahnya sambil berharap putranya kembali.
Hari
demi hari berlalu, akhirnya harapan itu datang. "Assalamu'alaikum.."
seru seorang pria yang berada di balik pintu. Kyai Birin pun membukakan
pintu. Dilihatinya pria yang berdiri di depannya itu. Tak lama kemudian,
"Gludak!!", Kyai Birin tersungkur di tengah-tengah pintu rumahnya
sendiri setelah mengetahui bahwa pria yang di depannya itu...
*bersambung ke Part IV.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar