Dilihat
dari lapisan-lapisan batuan pembentuk G. Gede dan G. Pangrango,
diketahui bahwa awalnya pegunungan ini terbentuk akibat tubrukan antara
lempeng Continental (Eurasian)dengan lempeng Oceanic (benua besar di bawah Australia).
Pada saat berbenturan, lempeng Oceanic yang lebih berat tenggelam atau
tertindih lempeng Kontinental, sedang lempeng Kontinental terangkat ke
atas dan membentuk pegunungan.
Lempeng Oceanic tenggelam
sampai ke lapisan kerak bumi dan meleleh karena panas, dengan
melelehnya batuan menyebabkan kepadatan disekitarnya menjadi kurang,
sehingga permukaan bumi amblas dan membentuk lubang-lubang kepundan.
Gunung tertua di kawasan ini, nampaknya
adalah G. Gegerbentang dan disusul adiknya G. Mandalawangi. Sekarang G.
Geger Bentang yang sudah tua terlihat seperti lerengnya G. Pangrango
saja, padahal dahulunya merupakan gunung api tersendiri yang dibuktikan
dengan meninggalkan jejak dua kawah yang berada di antara Puncak Pass
dan G. Pangrango.
Sedang
G. mandalawagi merupakan gunung api yang sangat besar dan meletus
dengan dasyatnya, lavanya mengalir ke segala arah, batuannya menyebar
sampai ke kaki G. Salak dan Kota Bogor. Saat ini G. Mandalawangi sudah
tak ada lagi, hanya jejaknya saja berupa bekas kawah besar Mandalawangi
dan anaknya gunungnya yang kita kenal sekarang adalah G. Pangrango
Walaupun
dalam 47 tahun terakhir dikelompokkan dalam “sedang tidur”, namun
Gunung Gede merupakan gunung yang masih aktif, ditandai dengan
memancarnya uap air dan gas.
Menurut
catatan yang ada, gunung gede pertama kali meletus pada tahun 1747. Dan
letusan yang paling dasyat dan lama waktunya terjadi pada bulan
Nopembwer 1840 s/d maret 1841. pada tanggal 12 Nopember 1840, letusan
yang menggelegar diikuti gempa dan gemuruh awan panas menuju lereng
barat gunung. Untungnya awan panas tersebut terhenti sebelum mencapai
daerah yang sekarang adalah Kebun Raya Cibodas. Api dan debu bercahaya
kilat nampak menjulang tinggi seperti “pohon raksasa” yang tingginya
lebih dari 200 m dari puncak gunung. Batu-batu besar terlempar ke udara,
sebuah batu yang sangat besar mendarat di Cibeureum dan menimbulkan
lubang sedalam 4 meter.
Letusan
terakhir terjadi pada tahun 1957, dan perlu diwaspadai semakin lama
gunung berapi “tidur”, maka letusan yang terjadi berikutnya akan semakin
dasyat.
Sejak abad ke-18 keunikan Gunung Gede dan Pangrango telah menarik perhatian dunia. Dinding kawah di puncak Gede yang terlihat dari Bogor pada masa itu mengundang orang untuk menengok lebih dekat dan berdiri dia atasnya. Para peneliti yang pernah mengunjunginya merasa takjub akan keanekaragaman hayati yang luar biasa dan formasi alam yang mempesona.
Sejak abad ke-18 keunikan Gunung Gede dan Pangrango telah menarik perhatian dunia. Dinding kawah di puncak Gede yang terlihat dari Bogor pada masa itu mengundang orang untuk menengok lebih dekat dan berdiri dia atasnya. Para peneliti yang pernah mengunjunginya merasa takjub akan keanekaragaman hayati yang luar biasa dan formasi alam yang mempesona.
Pada
tahun 1889 hutan antara Kebun Raya Cibodas dan Air Panas ditetapkan
sebagai Cagar Alam Cibodas, selanjutnya tahun 1978 diambil langkah besar
dengan menjadikan kawasan 14.000. ha yang terdiri dari dua puncak utama
dan lereng yang luas ditetapkan sebagai Cagar Alam Gede Pangrango.
Akhirnya pada tahun 1980 semua daerah disatukan dan lahirlah Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango dengan luas 15.196 ha. Pada
perkembangannya tahun 2003 terjadi perluasan kawasan dari hutan-hutan
disekitarnya sehingga luas Taman Nasional Gunung Gede Pangrango menjadi
21.975 ha.
Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango berada diantara tiga kota
yang sedang berkembang. Keberadaan kawasan ini bukan hanya berfungsi
ekologis, tapi juga menjadi media pendidikan dan wisata alam.
Tiga
buah sungai yang menyatu di bagian bawah kompleks air terjun Cibeureum
membentuk satu sungai yang diberi nama Cikundul. Kawasan TNGP merupakan
daerah tangkapan air yang vital yang memasok sebagian Jawa Barat dan DKI
Jakarta. Air hujan yang turun meresap ke dalam tanah dengan bantuan
tumbuh-tumbuhan. Pelepasan air secara lambat namun kontinyu oleh hutan,
akan mencegah banjir, dan tersedianya air di musim kemarau.
0 komentar:
Posting Komentar