ads

sejarah perjalanan hidup salaf

Hamdun bin Ahmad al Qasshar berkata, “Siapa yang melihat perjalanan hidup salaf, dia akan tahu kelengahan dan keterlambatannya dari derajat para lelaki sejati.” (Ensiklopedi Hikmah [Intisari Kitab Shifatus Shafwah]).

lihatlah para pengukir sejarah hidupnya dengan tinta emas;

Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam, si pemimpin seluruh makhluk, telah mengerjakan shalat malam hingga kedua kakinya bengkak, Hingga air mata selalu berlinang saat beliau berdiri, duduk, berbaring dalam shalat malamnya

Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu selalu menangis pilu dan tersedu-sedu, sekalipun ketika menjadi imam shalat

Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu, di pipinya ada dua garis karena bekas linangan air mata? Bahkan beliau pernah melewati satu ayat dalam shalat malamnya lalu sakit selama sebulan lamanya tanpa diketahui oleh sahabat-sahabatnya ; apa penyebab sakitnya

Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu biasa menamatkan Al-Qur’an dalam satu rekaat

Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu biasa menangis di dalam mihrabnya pada malam hari hingga jenggotnya basah oleh air mata sambil mengiba, “Wahai dunia, perdayalah orang selainku!”

Sa’id bin Musayyab Rahimahullâh selalu ada di masjid dan tidak pernah ketinggalan shalat berjamaah selama 40 tahun

Aswad bin Yazid An-Nakha’I Rahimahullâh selalu berpuasa hingga tubuhnya menjadi kurus kering dan kulitnya menguning

Rabi’ bin Khutsaim selalu terjaga di malam hari, dan mengisinya dengan tangisan? Hingga putrinya bertanya, “Mengapa orang lain bisa tertidur pulas tapi bapak tidak pernah tidur?” dan beliau menjawab, “Bapakmu tidak bisa tidak tidur karena teringat neraka…, anakku?”, hingga ibunya menuduhnya yang bukan-bukan, “Wahai anakku, kasihanilah dirimu; apa gerangan yang menyebabkanmu menangis pilu? Apakah engkau telah membunuh wahai anakku? Mari kita pergi menemui keluarganya; mereka pasti mengampuni karena kasihan padamu?” dan beliau menjawab, “Iya ibu…, aku telah membunuh jiwaku dengan dosa-dosaku.”

Abu Muslim Al-Khaulani Rahimahullâh telah menggantungkan cambuk di masjid dan mencambuk tubuhnya dengan cambuk tersebut jika ia kurang bersemangat dalam beribadah

Bukankah Yazid Ar-Raqqasyi telah berpuasa selama 40 tahun dan berseru, “Oh, alangkah pilunya hatiku! Para abid telah meninggalkanku dan mendahuluiku!

Maka, alangkah indahnya pesan Imam Abu Hanifah. Katanya, “Kisah-kisah (keteladanan) para ulama dan duduk di majelis mereka lebih aku sukai daripada kebanyakan (masalah-masalah) fikih, karena kisah-kisah tersebut (berisi) adab dan tingkah laku mereka (untuk diteladani).” (Dinukil oleh Imam Ibnu ‘Abdil Barr dengan sanadnya dalam kitab Jaami’u Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, no. 595).

Dan juga nasehat Aid al Qarni. Tulisnya dalam buku, "Hakadza haddatsana z-zaman [hlm. 283-284] "Aku berpesan kepadamu untuk membaca kisah hidup orang-orang shaleh; para shahabat Nabi, tabi’in, ahli ibadah dan ahli zuhud dari kalangan ahlussunnah. Berhentilah sejenak pada kabar-kabar mereka. Dan bacalah perjalanan hidup mereka. Karena itu akan memompa semangatmu dan menorehkan kehausan untuk meneladani mereka. Atau setidaknya membuatmu malu terhadap dirimu sendiri. Malu kepada Rabbmu saat engkau membandingkan hidup mereka dengan hidupmu sendiri. Maka tadaburilah kisah-kisah mereka. Hiduplah bersama mereka; dalam kezuhudan, kewara’an, penghambaan, rasa khauf kepada Allah, ketawadhu’an, keindahan budi pekerti dan kesabaran mereka….”

Kalaulah kita tidak mampu menyamai amal mereka, maka mari kita tanamkan diri kita untuk mencinta mereka, dengan membaca-menelaah-merenungi, kemudian meneladani mereka, semampu kita. Semoga kita menjadi orang yang berbahagia dikumpulkan bersama mereka yang menjadi sebaik-baik teman di akhirat kelak. Amin.


Artikel Terkait:

0 komentar: