Pada hari Sabtu 26 November 1988 M., dia terlahir dengan nama 
Muhammad Maimoen. Putra terakhir pasangan al Walid Abdul Ghofur dan umma
 Siti Khadijah ini dilahirkan di sebuah kampung kecil bernama Lumpur, 
kecamatan Losari kabupaten Cirebon (sekarang Brebes).
Sejak kecil ia dididik dan dibesarkan di lingkungan yang membantunya
 lebih mudah mengenal tentang abang-ijo agama. Dengan tempat tinggal 
yang persis menghadap masjid langsung, dan suasana santri di 
sekelilingnya, Maimoen kecil bahkan tak sempat meluluskan sekolah 
formalnya di MI Lumpur karena tekanan ngaji yang cenderung membuatnya 
banyak melewatkan pendidikan formal.
Dia mengaji al Quran pada ibunya sendiri sejak kecil. Tak salah, 
karena ibunya juga seorang hafidzah lulusan Yanbu'ul Quran Kudus. Kepada
 ayahnya ia belajar tentang pokok dasar ilmu tauhid. Sedangkan untuk 
pembekalan fiqh, ia mengaji kitab Taqrib kepada pamannya sendiri, 'ami 
Abdul Halim, dan sepupunya ibn 'ammah Fathullah. Sedangkan untuk nahwu 
(jurumiyah), adab (ta'limul muta'alim) dan ushul fiqh (waroqot), ia 
belajar kepada sepupunya sendiri ibn khol Shofiyuddin.
22 Desember 2002 ia diberangkatkan ayahnya untuk nyantri di PP. 
Lirboyo kota Kediri dan diterima di kelas satu tsanawiyah dengan 
kurikulum pokok Fath al Mu'in dan Alfiyah ibnu Malik. Selama 5 tahun ia 
tinggal di pesantren yang diasuh oleh 16 ulama besar Jawa Timur itu.
Di Lirboyo itulah, pengalaman luar biasa banyak menghiasinya. Di 
sana ia mengenal bagaimana beragama, berbudaya, organisasi, Bahtsul 
Masail, Jurnalistik dsb. 2 tahun sebelum berhenti dari sana, ia sempat 
ikut roan di Majalah Misykat terbitan PP Lirboyo dan duduk di meja 
redaksi sebagai redaktur. Jutaan pengalaman pun datang dari meja 
pimpinan Emha Nabil Haroen itu.
Ramadhan tahun 2005 ia pernah tabarrukan di Maslakul Huda kepada 
Syekh Sahal Mahfudz dan membaca Syarh al Waraqat. Pertengahan 2007 ia 
pindah dari Lirboyo ke Fathul Ulum Kwagean Pare Kediri, selama 2 tahun 
di bawah asuhan Syekh Abdul Hanan Ma'shum. Di sana ia menghatamkan karya
 monumental Abu Hamid al Ghazali, Ihya Ulumuddin. Akhir tahun 2008 ia 
pindah lagi ke Sukabumi di pesantren An Nidzom asuhan Syekh Abdullah 
Mukhtar Muhammad. Pertengahan 2010 dia tabarukan lagi, kali ini di 
sebuah pesantren yang diasuh oleh Syekh Misbahul Munir. Nama 
pesantrennya Al Hidayah, Krasak, Temuroso, Guntur, Demak.
24 Februari 2011 dia berangkat ke Tarim, Hadramaut, Yaman. Setelah 2
 malam menginap di Shan'a, ia sampai di Ribat Tarim bersama rombongan Hb
 Abdurrahman bin Syekh Alatas pada 26 Februari. Hingga kini, ia masih 
bertahan di kota para awliya itu.
Harapan dan doa senantiasa terpintakan darinya kepada siapapun, agar
 ia dapat mengais ilmu yang manfaat serta berkah dari para wali Tarim.
Tarim, 10 Desember 2011 M.
penulis maimoen abdul ghafur 


0 komentar:
Posting Komentar