...lemari pinggir gudang. Semakin yakin bahwa hidupnya telah benar-benar hancur dan inilah saatnya untuk mengakhiri semuanya.
Singkat cerita, Gus Dien pun tersadar setelah 3 hari terkulai di ruang ICU. Tampak kawan-kawan dan beberapa pers berlalu-lalang di luar ruangan itu. Seorang wanita tertidur di samping kanan pembaringannya, Astri, wanita yang ia pacarinya sejak 2 bulan yang lalu.
"Dokter memperkirakan dalam 10 hari kamu boleh pulang," tutur Astri setelah terbangun karena belaian lembut Gus Dien di rambut kepalanya.
Benar saja, kesehatan Gus Dien berangsur pulih lebih cepat dari prediksi sang dokter. Tapi jiwanya masih menggantung terkulai mati karena kepergian Yulia.
Sebulan setelah kejadian itu, Gus Dien menandatangani pembatalan kontrak baru dan memutuskan keluar dari band.
Seremoni banting gitar pun dilangsungkan sedemikian ramainya di lapangan Gazibu, Bandeng.
Tangis dan haru mengiringi kepergian Gus Dien dari The Awor's.
======
"Tooottt..!!" terdengar suara klakson (kliningan -Red) dari luar rumah Kyai Birin. Tak lama kemudian, Gus Dien keluar dari Jaguar barunya bersama Astri, pacarnya yang juga vokalis grup band Kolak.
"Assalamu'alaikum..." ucap Gus Dien setelah seorang santri putri ayahnya membukakan pintu. "Ayah ada?" tanya Gus Dien. "Belum pulang, masih di masjid," jawab Lia, santriwati ndalem Kyai Birin.
Gus Dien pun masuk dengan gitar masih di punggungnya. Sedangkan Astri Kolak, ceweknya disuruh menunggu di dalam mobil saja.
Beberapa menit kemudian, Kyai Birin datang dengan mulut masih komat-kamit berdzikir.
Mengetahui Gus Dien yang sedang memetik gitar di ruang tengahnya, Kyai Birin langsung menghampiri dan merampas gitar itu lalu, "Brakkk..!!" Kyai Birin membanting gitar putra kesayangannya sendiri dengan penuh amarah.
"Plak..!! Plak..!! Plak..!! Mau jadi apa kamu hah??" amuk Kyai Birin disertai seberendel tamparan dan bahana amarah yang menggetarkan dinding-dinding rumah.
"Ya Allah.. Istighfar Diiin. Istighfaaar, mau taruh di mana muka ayah kalo kamu begini terus.. Taubaat!!" menakutkan tapi menyedihkan nasehat Kyai Birin itu. "Sekarang kamu pilih, mau taubat dan mengikuti kehendak ayah atau keluar dari rumah ini dan jangan kembali lagi..!?" bentak Kyai Birin.
Sementara ibunya, sambil dipapah Lia, beliau menangis sejadi-jadinya membayangkan putranya itu pergi lagi dan tak kembali.
Gus Dien pun keluar menghampiri Astri untuk memutuskan apa yang pernah ia curhatkan padanya dan memintanya segera pergi.
Setelah mobil itu melewati pagar rumah, Gus Dien lalu kembali lagi dan bicara pada ayahnya.
"Baiklah ayah, saya akan menuruti kemauan ayah. Tapi dengan satu syarat; saya tidak mau ayah ikut campur urusan saya dalam hal memilah dan memilih jodoh. Itu saja," pinta Gus Dien yang diamini ayahnya.
Lalu ibunya menghampiri dan memeluk Gus Dien penuh haru. Tak ada pipi yang selamat dari tetes air mata di ruangan itu. Lia pun tanpa sadar berlari menghampiri Gus Dien lalu dipeluknya erat-erat putra gurunya itu. Gus Dien pun kaget bukan main, ada wanita yang sama sekali belum pernah ia kenal tapi berani memeluk dan menangis dalam rangkulannya. Hati Gus Dien semakin berdebar dan hangat merasakan betapa orang-orang di sekelilingnya begitu menyayanginya.
====
Keesokan harinya, Gus Dien terbangun agak kesiangan. Ketika hendak ke toilet yang melewati kamar santri putri itu, terdengar suara seorang wanita yang sedang mengaji al Quran. Ia terhenti sejenak untuk menikmati damainya apa yang sedang ia dengar. Bahkan ia meyakini, bahwa sayatan gitarnya pun tak lebih merdu dari apa yang tengah ia dengar kini.
Setelah suara itu terhenti, lalu Gus Dien mencoba mengintai asal suara itu dan ternyata, Lia. "Ehm, diterusin dong.. Enak tadi aku dengerin," sindir Ibu Gus Dien yang entah dari mana datangnya, tau-tau sudah ada di samping agak belakang Gus Dien. Gus Dien dan Lia pun salah tingkah setelah melihat Ibu yang sedang tersenyum memandangi mereka berdua.
Tanpa disadari, akhirnya benih cinta pun mengalir di antara mereka berdua. Sampai akhirnya sebuah percetakan offset datang untuk mengantar 2 rim pesanan surat undangan pernikahan Gus Dien dan Lia.
Kalo udah jodoh, memang gak bakal ke mana ya?
===THE~END===
note:
1. Ini cuma fiksi, jadi kalo ada kesamaran nama dan tempat, mohon maaf.
2. Terima kasih kepada pembaca setia, Dien, Sobeer, Dhimas dll atas kesediaannya meluangkan waktu untuk membaca Cerbung ini.
3. Kripik dan santan serta komentar tetap Saya tunggu.
Salam penulis,
Emha Maymoun 'Ain-Ghin.
Kamar 07, 27 Juni 2010 M.
sumber maimun ag
0 komentar:
Posting Komentar