Maka dari itu tidak boleh mencela nafsu secara mutlak
dan tidak boleh pula memujinya secara mutlak. Namun karena kebiasaan
orang yang mengikuti hawa nafsu, syahwat dan emosinya tidak dapat
berhenti sampai pada batas yang bermanfaat saja maka dari itulah hawa
nafsu, syahwat dan emosi dicela, karena besarnya mudharat yang
ditimbulkannya.
Sehubungan manusia selalu diuji dengan hawa nafsu,
tidak seperti hewan dan setiap saat ia mengalami berbagai macam gejolak,
maka ia harus memiliki dua peredam, yaitu akal sehat dan agama. Maka
diperintahkan untuk mengangkat seluruh hawa nafsu kepada agama dan akal
sehat. Dan hendaknya ia selalu mematuhi keputusan kedua peredam
tersebut.
Lalu bagaimana solusi bagi orang yang sudah terjerat dari
hawa nafsu agar terlepas dari jeratannya? Ia bisa terlepas dari jeratan
hawa nafsu dengan pertolongan Allah dan taufik-Nya melalui terapi
berikut :-
Tekad membara yang membakar kecemburuannya terhadap dirinya.
-
Seteguk kesabaran untuk memotivasi dirinya agar bersabar atas kepahitan yang dirasakan saat mengekang hawa nafsu.
kekuatan jiwa untuk menumbuhkan keberaniaannya meminum seteguk kesabaran tersebut. Karena hakikat keberanian tersebut adalah sabar barang sesaat! sebaik-baik bekal dalam hidup seseorang hamba adalah sabar!. -
Selalu memeperhatikan hasil yang baik dan kesembuhan yang didapat dari seteguk kesabaran.
-
Selalu mengingat pahitnya kepedihan yang dirasakan daripada kelezatan menuruti kehendak hawa nafsu.
Kedudukan dan martabatnya di sisi Allah dan di hati para hamba-Nya lebih baik dan berguna daripada kelezatan mengikuti tuntutan hawa nafsu. -
Hendaklah lebih mengutamakan manis dan lezatnya menjaga kesucian diri dan kemuliaanya daripada kelezatan kemaksiatan.
-
Hendaklah bergembira dapat mengalahkan musuhnya, membuat musuhnya merana dengan membawa kemarahan, kedukaan dan kesedihan! Karena gagal meraih apa yang diinginkannya. Allah azza wa jalla suka kepada hamba yang dapat memperdaya musuhnya dan membuatnya marah (kesal). Allah berfirman : Dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir dan tidak menimpakan suatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan demikian itu suatu amal shaleh. (At-Taubah:120). Dan salah satu tanda cinta yang benar adalah membuat kemarahan musuh kekasih yang dicintainya dan menaklukannya (musuh kekasih tersebut).
-
Senantiasa berpikir bahwa ia diciptakan bukan untuk memperturutkan hawa nafsu namun ia diciptakan untuk sebuah perkara yang besar, yaitu beribadah kepada Allah pencipta dirinya. Perkara tersebut tidak dapat diraihnya kecuali dengan menyelisihi hawa nafsu.
(Dikutip dengan perubahan seperlunya dari Asbaabut Takhallush minal Hawaa oleh Al Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyyah)
sumber
0 komentar:
Posting Komentar